Kawasaki Estrella Custom (2004)

Technical Specifications
Kawasaki Estrella Custom (2004)
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Air-cooled, 4-stroke, single cylinder, SOHC
66.0 x 73.0 mm
249 cc
2 valves per cylinder
9.0:1
20 hp (14.9 kW) @ 7500 rpm
19.6 Nm (14.5 ft. lbs) @ 6000 rpm
Carburettor, Keihin CVK34
5-speed
Chain
Wet multiple plates
Transistor
Electric starter
Wet sump



1st 2.636
2nd 1.733
3rd 1.300
4th 1.050
5th 0.833
Dimensions
Frame type
Castor
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

Semi-double cradle

2075 mm (81.7 inches)
775 mm (30.5 inches)
1035 mm (40.7 inches)
1400 mm (55.1 inches)
735 mm (28.9 inches)
150 mm (5.9 inches)
142 kg
14 litres

Telescopic, coil spring, oil damped
Swinging arm, coil spring, oil damped, spring pre-load
90/90-R17
110/90-R17
Drum
Drum

Image: http://jarlef.no/Kawasaki/Year/2004/2004road.htm

Kawasaki Estrella-RS (2004)

Technical Specifications
Kawasaki Estrella-RS (2004)
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Air-cooled, 4-stroke, single cylinder, SOHC
66.0 x 73.0 mm
249 cc
2 valves per cylinder
9.0:1
20 hp (14.9 kW) @ 7500 rpm
19.6 Nm (14.5 ft. lbs) @ 6000 rpm
Carburettor, Keihin CVK34
5-speed
Chain
Wet multiple plates
Transistor
Electric starter
Wet sump



1st 2.636
2nd 1.733
3rd 1.300
4th 1.050
5th 0.833
Dimensions
Frame type
Castor
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)



2075 mm (81.7 inches)
775 mm (30.5 inches)
1035 mm (40.7 inches)
1400 mm (55.1 inches)
735 mm (28.9 inches)
150 mm (5.9 inches)
142 kg
14 litres

Telescopic, coil spring, oil damped
Swinging arm, coil spring, oil damped, spring pre-load
90/90-R17
110/90-R17
Single disc with 2-piston calipers
Single disc with 1-piston calipers

Image: http://www.mychinamoto.com/forums/showthread.php?2482-CCW/page3

Honda CBR1000RR (2010)

Technical Specifications
Honda CBR1000RR (2010)
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type

Starting system
Fuel consumption
Greenhouse gases
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Liquid-cooled, In-line four, four-stroke, DOHC
76.0 x 55.1 mm
999 cc
4 valves per cylinder
12.3:1


Injection. Dual Stage Fuel Injection (DSFI)
6-speed
Chain
Manual, Multiplate Wet Clutch
Computer-controlled digital transistorized with three-
dimensional mapping
Electric starter
6.35 litres/100 km (15.7 km/l or 37.04 mpg)
147.3 CO2 g/km. (CO2 - Carbon dioxide emission)





Dimensions
Frame type
Castor
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)

Suspension (rear)

Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)






1407 mm (55.4 inches)
820 mm (32.3 inches)

320 kg
17.78 litres
Red/Black, Pearl orange/Light silver metallic
43mm inverted HMAS cartridge fork with spring preload,
rebound and compression damping adjustability
Unit Pro-Link HMAS single shock with spring preload rebound
and compression-damping adjustability
120/70-ZR17
190/50-ZR17
Dual disc 240 mm with 2-piston calipers
Single disc 240 mm with 2-piston calipers

Image: http://www.motorcycle-blog.info/Honda-CBR1000RR-2010-Bike-12738553

Ducati Multistrada 1000 DS (2003)

Technical Specifications
Ducati Multistrada 1000 DS (2003)
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Air-cooled, l-twin, 4-stroke, Desmodromic
94.0 x 71.5 mm
992 cc
2 valves per cylinder
10.0:1
84 hp (62.6 kW) @ 8000 rpm
84 Nm (62 ft. lbs) @ 5000 rpm
Marelli electronic injection, 45 mm throttle body
6-speed
Chain
Dry multiplate with hydraulic control

Electric starter




1st 37/15
2nd 30/17
3rd 27/20
4th 24/22
5th 23/24
6th 24/28
Dimensions
Frame type
Rake
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)
Suspension (rear)


Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

Tubular steel trellis
24 degrees



1462 mm (57.6 inches)
820 mm (32.3 inches)

195 kg
20 litres

Showa 43 mm upside-down fully adjustable fork, 165 mm travel
Progressive linkage with fully adjustable Showa monoshock;
hydraulic remote pre-load control; single-sided aluminium
swingarm, 141 mm travel
120/70-R17
190/50-R17
Dual disc 320 mm with 4-piston calipers
Single disc 245 mm with 2-piston calipers

Image: http://www.minimodelbikes.co.uk

KTM 640 Duke 2 (2003)

Technical Specifications
KTM 640 Duke 2 (2003)
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Liquid cooled, single cylinder, 4-stroke, OHC
101.0 x 78.5 mm
625 cc
4 valves per cylinder
11.5:1
55 hp (41 kW) @ 7000 rpm
60 Nm (44.3 ft. lbs) @ 5500 rpm
Carburettor, Mikuni BST 40
5-speed
Chain
Manual, Multiplate Wet Clutch
Kokusan DC-CDI 4K5
Electric starter





Dimensions
Frame type
Rake
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)


26.5 degrees



1460 mm (57.5 inches)
900 mm (35.4 inches)
270 mm (10.6 inches)
149 kg
12 litres

WP-USD 43 MA, 140 mm travel
WP - Monoshock, 170 mm travel
120/70-R17
160/60-R17
Single disc 320 mm with 4-piston calipers
Single disc 220 mm with 1-piston calipers

Image: http://www.pulsardesktop.eu

Membangun Karakter Bangsa Melalui Penanaman Nilai Luhur Budaya Daerah

Oleh: H. Abdul Muhaimin

Sejak dimunculkannya kata globalisasi pada awal tahun 60-an, istilah itu telah menjadi kata-kata klise yang paling banyak disebut oleh manusia penghuni planet bumi. Bahkan majalah Economist menyebutkan sebagai “The most abused world on the 21st century” seakan-akan tidak ada kata lain dalam ingatan publik yang memicu banyak perbedaan dan perdebatan dalam memaknai istilah tersebut. Banyak pihak yang menyambut globalisasi sebagai angin sorga yang menawarkan kesejahteraan dan kedamaian universal, tetapi dipihak lain tidak sedikit yang mengutuknya sebagai sejenis mahluk mengerikan yang mendatangkan kekalutan dan penindasan baru yang membawa nestapa panjang.

Dengan ditemukannya serat optik menjelang th 1990, proses globalisasi berjalan secara digital dan sangat massif sehingga lewat tekonologi jarak jauh seperti telepon, televisi dan internet, gelombang perubahan terjadi secara besar-besaran diberbagai sektor kehidupan. Saat ini, kita sedang berada dalam sebuah proses yang sangat menakjubkan yaitu menyatunya peradaban manusia berkat kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi. Proses itu berjalan cepat merambah segenap ujung dunia sehingga hampir-hampir tidak ada satu bangsapun yang mampu menghindar dari arus besar globalisasi. Rentang jarak dunia yang sangat luas berobah menjadi “global village” yang dapat dijangkau dalam hitungan detik.

Ikon-ikon baru bermunculan dan dengan serta merta disambut gegap gempita oleh semua kalangan, terutama generasi mudanya yang sangat mudah terbuai oleh budaya massa yang serba instant. Kultur baru itu dengan mudahnya menggiring masyarakat ke arah citarasa budaya yang sangat dangkal dan menyempitkan nalar reflektif dan kreatifnya, sehingga merasa cukup bangga sekedar menjadi epigon bangsa lain. Yang terjadi kemudian adalah fenomena hadirnya sebuah generasi yang terputus dengan budaya lokalnya, budaya agamanya bahkan budaya dirinya sendiri. Mereka tenggelam dalam narasi romantis tanpa mampu memahami saripatinya dan larut dalam impian semunya. Zaman memang terus berubah tanpa harus dikutuk dan diratapi, karena memang seleksi alam kemudian akan menentukan kwalitas, integritas kepribadian suatu bangsa.

Catatan kehawatiran Nies Mulder mengenai tergerusnya budaya nusantara patut menjadi keprihatinan kita, bahwa masyarakat saat ini terkosongkan dari kandungan moral (emptied of moral content) dan mengalami malaise kebudayaan karena terjadinya pergeseran budaya yang sangat luar biasa.

Berhadapan dengan era globalisasi, mau tidak mau kita memang dipaksa untuk lebih berani menatap jauh kedepan tanpa dihantui ketakutan hilangnya jatidiri sebagai bangsa. Semangat kebangsaan tidak berarti menebalnya semangat anti asing (xenophobia); banyak hal positif yang bisa kita adopsi dari kebiasaan bangsa lain untuk memperkaya dan memperkuat identitas kemanusiaan yang telah kita miliki. Nasionalisme sempit (Chauvinisme/xenophobia) tidak akan membawa suatu bangsa menuju kemajuan peradaban, karena bangsa tersebut proses adaptasinya terhadap dinamika global menjadi sangat lamban. Dalam era global sekarang ini dimana batas-batas geografis hampir tidak ada lagi, adalah sangat tidak mungkin suatu bangsa menutup diri dari pengaruh bangsa dibelahan dunia lain. Suatu bangsa tidak harus melemah jatidirinya hanya karena proses penyesuaian diri dengan bangsa lain tetapi justru proses globalisasi seharusnya menjadi alat ukur untuk menakar kemampuan kita sebagai bangsa dalam menseleksi nilai-nilai positif yang dimiliki bangsa lain untuk memperkokoh keberadaan kita dalam percaturan global. Pengalaman bangsa lain di Asia yang telah mengalami kemajuan spektakuler seperti Korea, Jepang dan tetangga terdekat kita Malaysia membuktikan bahwa, mereka berhasil menembus kompetisi global diberbagai bidang teknologi, sosial budaya dan ekonomi tanpa harus kehilangan identitas budayanya.

Sejarahwan Arnold J. Toynbee mengingatkan: “Suatu bangsa yang tidak mampu merespon perkembangan zaman, lambat laun akan kehilangan identitas nasionalnya. Bangsa yang malang, yang kehilangan jatidirinya itu, niscaya akan menjadi budak bangsa lain. Ia akan terpinggir dari parameter peradaban sejarah dan kemungkinan bangsa itu akan musnah.”

Dalam dunia ilmu pengetahuan, definisi kebudayaan memiliki rumusan paling bervariasi yang memuat semua expresi kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Tidak kurang dari 500 definisi tentang kebudayaan dirumuskan para ahli untuk mendeskripsikan fenomena kebudayaan yang meliputi ruang lingkup yang tidak terbatas (unlimited area). Tidak mengherankan jika pembicaraan mengenai kebudayaan merupakan lahan polemik paling terbuka yang selalu ada keterkaitan satu dengan yang lain. Dalam teori antropologi structural-fungsional rumusan Bronislow Malinowsky dan Arnlod Toynbee berpendapat bahwa peradaban manusia merupakan integrated whole/indivisible whole (keseluruhan yang tak dapat dipisah-pisah) dari keseluruhan aspek yang berbeda-beda. Secara spesifik Romo Mangun mengungkapkan bahwa, budaya nusantara lahir dari kultur dan peradaban yang tidak mengenal sekularisme. Ia lahir dari kultur dan peradaban kosmik, dimana sekularisme belum dikenal. Realitas masih bulat, satu, menyeluruh. Sain, filsafat, seni, tehnik, masih terpadu dalam naungan kesakralan. Profanisasi budaya hanya dilakukan oleh mereka yang tidak memahami spiritualitas, sehingga budaya asli hanya diapresiasi sebagai ritual magis dan dianggap mantra orang primitive (S. Freud).

Persoalan paling mendasar yang dihadapi bangsa ini ialah membangun keseimbangan antara warisan nilai-nilai budaya lokal dan penetrasi modernitas, kontinuitas dan diskontinuitas yang sejak awal kemerdekaan diperdebatkan oleh St Taqdir Alisyahbana dan Hatta yang menyatakan bahwa kebudayaan nasional pasca kemerdekaan sebaiknya merupakan kreasi baru yang berorientasi pada kebudayaan modern (Barat). Sebaliknya kelompok Ki Hajar Dewantara dan Soetomo bersiteguh bahwa kebudayaan nasional harus berakar pada kebudayaan masa lalu yang berintikan kebudayaan suku/daerah. Pilihan inilah yang kemudian tercantum dalam UUD ’45 pasal 32.

Namun, pengembangan budaya dan nilai lokal selalu terjadi kontradiksi. Pada satu sisi praktek-praktek budaya lokal bukannya mempertahankan warisan budaya, tetapi justru mengubah dan mengkontruksi menjadi budaya baru yang kehilangan nilai luhurnya atau justru terjebak kedalam bentuk exsibisi semata, sehingga mengenyampingkan aspek penting yang dianut masyarakat. Gejala tersebut sering terjadi dalam program-program pengembangan budaya yang banyak melibatkan campur tangan sponsorship dalam mengemas program sehingga esensinya bergeser menjadi sebuah pertunjukan dan ajang meraih prestasi. Hal ini bisa dilihat dengan maraknya komoditisasi upacara adat sekedar untuk meraih penganugerahan sertifikat MURI. Pada sisi lain, nilai-nilai budaya lokal yang seharusnya menjadi kekuatan sebagai alat kontrol sosial mulai memudar menjadi sekedar rangkaian upacara yang sangat memboroskan dan bercampur aduk dengan praktik-praktik kemaksiatan yang ditentang para tokoh agama. Fenomena seperti inilah yang dilansir sebagai raktik kefasikan, pemusyrikan, kebodohan dan prilaku munkar lainnya.

Oleh karena itu, pengembangan dan penanaman nilai budaya lokal harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. fungsi moral/spiritual
a. Menjaga hubungan/harmoni dengan Tuhan-Manusia-Alam sekitarnya
b. Menolak bahaya
c. Memohon keselamatan

2. Fungsi sosial
a. Pengendalian sosial
b. Norma sosial
c. Media sosial

3. Fungsi ekonomi
a. Arena erkreasi, entertainment
b. Penghasil devisa
c. Pengembangan ekonomi lokal

Pada dasarnya, pengembangan nilai-nilai luhur budaya lokal dengan tujuan untuk memperkokoh identitas kebangsaan harus merevitalisasi “pundak-puncak budaya lokal” sebagai basis semangat kebangsaan dihadapkan pada ketatnya kontestasi dan rivalitas global.

Jika kita cermati, kemampuan bangsa Jepang dalam berakselerasi dengan dinamika global tidak pernah lepas dari semangat Meiji. Malaysia hingga hari ini tetap kokoh dalam percaturan global karena kebanggaan sebagai bangsa Melayu, demikian pula bangsa China mampu melesat menjadi kekuatan dunia karena basis filosofi Konfusian yang melekat dikalangan Tionghoa dimanapun mereka berada

Pesantren Nurul Ummahat
Prenggan Kotagede Yogyakarta

H. Abdul Muhaimin

Sumber:
Makalah disampaikan dalam Dialog Budaya Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan tema “Aneka Ragam Budaya Daerah Sebagai Modal Dasar Dalam Membangun Karakter Bangsa” yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta pada tanggal 18-19 Mei 2011

Sampuraga

(Cerita Rakyat Sumatera Utara)

Pada zaman dahulu kala di daerah Padang Bolak hidup seorang janda tua bersama anak laki-lakinya yang bernama Sampuraga. Meskipun tinggal di sebuah gubuk yang sudah reot mereka selalu hidup bahagia dan saling menyayangi. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka bekerja sebagai tenaga upahan di ladang milik orang-orang kaya yang ada di desanya.

Suatu hari, saat Sampuraga sedang beristirahat makan siang bersama majikannya di bawah sebuah pohon yang sangat rindang, terjadilah suatu percakapan yang cukup serius.

“Sampuraga, usiamu masih sangat muda. Kalau boleh aku menyarankan, sebaiknya engkau pergi saja ke negeri lain yang lebih subur dan penduduknya lebih makmur dari desa ini,” kata Sang Majikan.

“Negeri manakah itu, tuanku?” tanya Sampuraga penasaran.

“Negeri Mandailing namanya. Disana sebagian besar penduduk memiliki sawah atau ladang. Selain itu, ada pula yang menjadi pedagang dan pendulang emas di sungai karena tanahnya memiliki banyak kandungan emas,” kata Sang Majikan lagi.

“Sebenarnya saya sudah lama bercita-cita ingin merantau untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Saya ingin membahagiakan ibu saya. Namun, saya tidak tahu harus ke negeri mana saya pergi,” kata Sampuraga.

“Baiklah, sebaiknya engkau meminta izin terlebih dahulu pada ibumu kalau ingin pergi mengejar cita-citamu itu,” kata Sang Majikan sebelum mengajaknya kembali bekerja.

Sepulang bekerja dari ladang Sampuraga langsung mendatangi ibunya untuk mengutarakan keinginannya merantau ke negeri lain, “Bu, Saya bermaksud ingin merantau untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.”

“Ke manakah engkau akan pergi, anakku,” tanya Sang Ibu.

“Ke Negeri Mandailing, Bu. Kata majikanku di negeri itu rakyatnya hidup makmur dan sejahtera karena tanahnya sangat subur,” jelas Sampuraga.

“Kalau itu kehendakmu, pergilah anakku. Doaku akan selalu menyertaimu,” kata Sang Ibu sambil menahan tangis.

“Terima kasih, Bu. Saya berjanji jika nanti sudah berhasil akan segera pulang untuk membahagiakan ibu.”

Keesokan harinya, sebelum berangkat ke Negeri Mandailing Sampuraga berpamitan dahulu kepada ibunya. Suasana haru pun menyelimuti hati ibu dan anak yang akan berpisah itu. Tak terasa, air mata keluar dari kelopak mata mereka. Ibunya lalu merangkul Sampuraga sambil berkata, “Sudahlah, anakku! Apabila Tuhan menghendaki, kita pasti akan berjumpa lagi.”

Setelah perpisahan itu berangkatlah Sampuraga menuju Negeri Mandailing. Berhari-hari ia berjalan menyusuri hutan belantara, lembah dan bukit hingga akhirnya sampai di Kota Kerajaan Pidoli, Madailing. Sampuraga sangat terpesona melihat negeri itu yang rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Setiap keluarga memiliki rumah yang indah. Di tengah-tengah kota berdiri sebuah istana yang megah pula.

Merasa cocok dengan suasana di kota itu, Sampuraga lalu mencari informasi mengenai lowongan pekerjaan yang ada di sana. Dengan mudah, ia mendapatkan keterangan bahwa ada seorang saudagar kaya raya yang kebetulan sedang mencari pegawai baru untuk membantu pekerjaannya. Ia lalu menuju ke rumah sang saudagar untuk mencoba melamar pekerjaan. Lamaran pertamanya itu ternyata langsung diterima oleh Sang Saudagar.

Singkat cerita, selama beberapa bulan bekerja Sampuraga dinilai sangat rajin dan jujur oleh Sang Saudagar. Oleh karena itu, Sang Saudagar memutuskan untuk membuka cabang dengan Sampuraga yang menjadi pengelolanya. Ternyata, dalam waktu singkat usaha dagang Sampuraga berkembang dengan pesat. Keuntungan yang diperolehnya ia tabung untuk menambah modal sehingga usahanya semakin lama semakin besar dan maju.

Melihat keberhasilan Sampuraga, Sang Saudagar senang bukan kepalang. Dan, agar kerajaan bisnisnya semakin bertambah besar ia berkeinginan untuk menikahkan Sampuraga dengan puterinya yang terkenal paling cantik di seantero Kerajaan Pandoli. Ia pun memanggil Sampuraga untuk mengutarakan niatnya itu.

Saat Sampuraga datang Sang Saudagar langsung mengajaknya berbicara empat mata. “Raga, engkau adalah anak yang baik, rajin, dan jujur. Alangkah baiknya apabila engkau menikah dengan puteriku. Suatu saat nanti engkau dapat menjadi penerus usahaku.”

Sampuraga yang memang sejak awal telah menaruh hati pada sang puteri segera menjawab singkat, “Baiklah Tuan. Dengan senang hati saya akan menikahi puteri Tuan.”

Beberapa bulan kemudian pernikahan antara Sampuraga dengan puteri Sang Saudagar digelar secara besar-besaran sesuai adat Mandailing. Berita mengenai pesta pernikahan yang meriah itu tersiar sampai ke pelosok-pelosok daerah, termasuk ke tanah kelahiran Sampuraga.

Sang ibu yang juga mendengar kabar bahwa Sampuraga telah menikahi seorang gadis anak saudagar kaya raya, merasa ragu dan mengira kalau hanya namanya saja yang sama dengan anaknya. Dalam benaknya, tidak mungkin anaknya yang miskin dapat menikahi seorang puteri bangsawan.

Namun, mungkin karena ikatan batin, ibu tua itu akhirnya memutuskan pergi ke Mandailing untuk mengetahui siapakah gerangan yang menikahi Sang Puteri. Dengan bekal secukupnya berangkatlah ia menuju Mandailing untuk menyaksikan pernikahan mewah yang dilangsungkan selama beberapa hari.

Setibanya di wilayah Kerajaan Pandoli, tampaklah sebuah keramaian pesta pernikahan. Dengan langkah terseok-seok ia berusaha mendekati pusat keramaian tersebut. Dan, alangkah terkejutnya ia ketika melihat bahwa orang yang duduk bersanding dengan Sang Puteri tidak lain adalah Sampuraga, anak sematawayangnya. Ia lalu berteriak memanggil anaknya itu.

Sampuraga sangat terkejut mendengar suara yang sudah tidak asing di telinganya. Apalagi setelah sumber suara itu menampakkan diri dari kerumunan sambil berkata lagi, “Sampuraga…Anakku! Ini aku ibumu, Nak!”

Melihat ibunya yang berpakaian lusuh seperti seorang pengemis, Sampuraga menjadi malu luar biasa. Dengan muka merah padam ia menghardik perempuan tua itu, “Hei, perempuan jelek! Enak saja engkau mengaku sebagai ibuku. Aku tidak punya ibu yang lusuh seperti dirimu. Cepat pergi dari sini dan jangan mengacaukan pernikahanku!”

“Aku ini adalah ibu yang telah melahirkan dan membesarkanmu. Kenapa engkau melupakanku? Apakah karena penampilanku yang tidak sebanding lagi dengan dirimu?” tanya perempuan itu.

“Engkau bukan ibuku. Ibuku telah lama meninggal dunia! Pengawal, cepat usir nenek tua ini!” jawab Sampuraga ketus.

Mendengar jawaban Sampuraga yang sangat menyakit, hati perempuan malang itu seakan hancur berkeping-keping. Dengan diiringi derai air mata ia pun berdoa, “Ya, Tuhan! Berilah anakku pelajaran. Ia telah mengingkari aku sebagai ibu kandungnya!”

Tidak lama setelah mengakhiri doanya, tiba-tiba jasadnya lenyap dan datanglah awan hitam pekat diiringi petir yang menyambar-nyambar. Hujan pun turun dengan sangat lebat yang membuat sebagian besar undangan berlarian menyelamatkan diri. Dalam waktu singkat tempat penyelenggaraan pesta perkawinan itu tenggelam seketika. Tak seorang pun penduduk yang berhasil selamat, termasuk Sampuraga dan isterinya.

Beberapa hari kemudian, tempat itu telah berubah menjadi sebuah kolam yang disekitarnya terdapat beberapa buah batu kapur berukuran besar dan berbentuk menyerupai kerbau. Selain itu, terdapat juga dua gundukan tanah berpasir dan lumpur warna yang bentuknya menyerupai bahan makanan. Penduduk sekitar yang menganggap batu dan gundukan pasir-lumpur itu adalah sisa-sisa pesta pernikahan Sampuraga lalu menamakan kolam besar itu sebagai “Kolam Sampuraga”.

Saat ini, Kolam Sampuraga telah menjadi tempat wisata bagi penduduk di daerah Mandailing dan sekitarnya. Mereka biasanya datang pada hari libur untuk melepas rutinitas keseharian sambil menikmati keindahan alam di sekitar kolam.

Sumber: Diadaptasi bebas dari http://www.budaya-indonesia.org

Jawa 350 Basix (2004)

Technical Specifications
Jawa 350 Basix (2004)
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Air cooled, single cylinder, 2-stroke
58.0 x 65.0 mm
343.5 cc
2 valves per cylinder
9.8:1
23.1 hp (17.2 kW) @ 5250 rpm
32 Nm (23.6 ft. lbs) @ 5250 rpm
Carburettor
4-speed
Chain
Manual, Multiplate Wet Clutch
DC C.D.I.
Kick starter





Dimensions
Frame type
Castor
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)



2080 mm (81.9 inches)
710 mm (28 inches)
1090 mm (42.9 inches)
1370 mm (53.9 inches)
820 mm (32.3 inches)

149 kg
17 litres

Telescopic, coil spring, oil damped
Swinging arm, coil spring, oil damped, spring pre-load
3.25-R18
3.50-R18
Single disc 265 mm with 2-piston calipers
Drum 160 mm

Image: http://motos.autocity.com

Keripik Sukun

Di daerah Kepulauan Seribu terdapat satu jenis tumbuhan yang buahnya dijadikan sebagai penganan khas berupa keripik. Tumbuhan tersebut adalah sukun yang buahnya berbentuk lonjong dengan kulit dipenuhi oleh duri-duri kecil yang tidak begitu tajam. Apabila dibelah, daging buahnya berwarna agak kekuning-kuningan.

Oleh penduduk Kepulauan Seribu tanaman sukun dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: sukun keleci, sukun talas, sukun botak, sukun cilacap, dan sukun kuning. Namun, dari beberapa jenis sukun tersebut hanya sukun kuning atau sukun biasa atau sukun pulau seribu yang paling banyak digunakan untuk membuat keripik karena rasanya lebih gurih dan renyah.

Apabila buah sukun ingin dijadikan keripik, cara pengolahannya terbilang cukup sederhana. Pertama, buah sukun yang akan dibuat keripik dikupas dan diiris tipis-tipis. Kemudian tumbuk bumbu berupa kunyit, garam, mecin, dan bawang putih hingga halus lalu larutkan ke dalam ½ liter air. Setelah bumbu larut, masukkan buah sukun yang telah diiris tadi dan diamkan selama beberapa menit hingga bumbu meresap.

Selanjutnya, panaskan minyak goreng lalu masukkan irisan sukun yang sudah tercampur dengan bumbu. Agar kematangannya merata, bolak-balik posisi sukun di dalam penggorengan. Dan, apabila telah berwarna kekuningan, maka keripik sukun pun sudah siap diangkat dan disajikan.

Foto: http://us.detikfood.com

Suzuki Hayate 125

Technical Specifications
Suzuki Hayate 125
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Air-cooled, 4-stroke, single cylinder, SOHC
53.5 x 55.2 mm
124 cc
2 valves per cylinder
9.6:1
9.6 ps @ 8000 rpm
9.8 Nm @ 6000 rpm
Carburettor,Mikuni BS 26
Automatic
V-belt
Automatic dry Clutch
DC CDI (Digital)
Kick & electric starter
Mechanical Oil pump

NGK C6HSA/ND U20FS-U
12V (3.6 Ah)/10HR

Dimensions
Frame type
Castor
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

Underbone

1925 mm
670 mm
1070 mm
1285 mm
781 mm
140 mm
113 kg
5 litres

Telescopic, coil spring, oil damped
Swinging arm, coil spring, oil damped, spring pre-load
70/90 - 16 M/C 36 P
80/90 - 16 M/C 43 P
Single disc 220 mm with 2-piston calipers
Drum 130 mm

Image: http://www.krjogja.com

Yamaha New Jupiter MX

Technical Specifications
Yamaha New Jupiter MX
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Liquid-cooled, 4-stroke, single cylinder, SOHC
54.0 x 58.7 mm
134.4 cc
2 valves per cylinder
10.9:1
9.21 kW @ 8500 rpm
12.14 Nm @ 6000 rpm
Carburettor
5-speed (1-N-2-3-4-5)
Chain
Manual, Multiplate Wet Clutch
DC C.D.I.
Kick & electric starter


CPR8EA-9 (NGK) / U24EPR-9 (DENSO)
YTZ5S (MF Battery 12V 3,5Ah)

Dimensions
Frame type
Castor
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

Diamond

1960 mm
695 mm
1080 mm
1255 mm
775 mm
130 mm
116 kg
4 litres

Telescopic, coil spring, oil damped
Swinging arm, coil spring, oil damped, spring pre-load
70/90-17M/C 38P
100/70-17M/C 49P
Single disc 240 mm with 2-piston calipers
Single disc 210 mm with 2-piston calipers

Image: http://www.yamaha-motor.co.id/product/motorcycle/moped/new-jupiter-mx/

Kawasaki BJ 250 Estrella Custom (2002)

Technical Specifications
Kawasaki BJ 250 Estrella Custom (2002)
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Air-cooled, 4-stroke, single cylinder, SOHC
66.0 x 73.0 mm
249 cc
2 valves per cylinder
9.0:1
20 hp (14.9 kW) @ 7500 rpm
19.6 Nm (14.5 ft. lbs) @ 6000 rpm
Carburettor, Keihin CVK34
5-speed
Chain
Wet multiple plates
Transistor
Kick & electric starter
Wet sump



1st 2.636
2nd 1.733
3rd 1.300
4th 1.050
5th 0.833
Dimensions
Frame type
Castor
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

Semi-double cradle

2075 mm (81.7 inches)
775 mm (30.5 inches)
1035 mm (40.7 inches)
1400 mm (55.1 inches)
770 mm (30.3 inches)
150 mm (5.9 inches)
148 kg
14 litres

Telescopic, coil spring, oil damped
Swinging arm, coil spring, oil damped, spring pre-load
90/90-R17
110/90-R17
Single disc 296 mm with 2-piston calipers
Drum 130 mm

Image: http://www.themotodb.com/moto-archives/kawasaki-brute-force/

Ducati 999R Fila (2003)

Technical Specifications
Ducati 999R Fila (2003)
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Liquid-cooled, l-twin, 4-stroke, Desmodromic
104.0 x 58.8 mm
999 cc
4 valves per cylinder
12.3:1
139 hp (103.7 kW) @ 10000 rpm
108 Nm (79.7 ft. lbs) @ 8000 rpm
Marelli electronic fuel injection, 54 mm throttle body
6-speed
Chain
Dry multiplate with hydraulic control

Electric starter

Single muffler


1st 37/15
2nd 30/17
3rd 28/20
4th 26/22
5th 24/23
6th 23/24
Dimensions
Frame type
Rake
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)
Suspension (rear)

Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

Tubular ALS 450 steel trellis
23.5 degrees



1420 mm (55.9 inches)
780 mm (30.7 inches)

193 kg
15.5 litres

Ohlins with TiN upside-down fork fully adjustable, 120 mm travel
Progressive linkage with Ohlins fully adjustable monoshock,
128 mm travel
120/70-R17
190/50-17
Dual 320 mm floating discs with radial-mounted 4-piston calipers
Single disc 240 mm with 2-piston calipers

Image: http://sp-co.com/ducatism/cabn_999.html

BMW R 1150 R Rockster 80e Anniversary (2003)

Technical Specifications
BMW R 1150 R Rockster 80e Anniversary (2003)
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system

Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Oil/air cooled, 2-cylinders boxer, 4-stroke, SOHC
101.0 x 70.5 mm
1130 cc
4 valves per cylinder
10.3:1
85 hp (63.4 kW) @ 6750 rpm
98 Nm (72.3 ft. lbs) @ 5250 rpm
Electronic intake pipe injection/digital engine management: Bosch
Motronic MA 2.4 with overrun fuel cut-off, twin spark ignition
6-speed
Cardan
Single-disc dry clutch, hydraulically operated

Electric starter





Dimensions
Frame type

Rake
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)

Suspension (rear)



Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

Three-section composite frame consisting of front and rear
section, load bearing engine
26.9 degrees
2170 mm (85.4 inches)
920 mm (36.2 inches)
1097 mm (43.2 inches)
1486 mm (58.5 inches)
835 mm (32.9 inches)

219 kg
20.5 litres

BMW Motorrad Telelever; stanchion diameter 35 mm, central
strut, rebound damping adjustable, 120 mm travel
Die-cast aluminium single-sided swinging arm with BMW
Motorrad Paralever; central strut, spring pre-load adjustable
to continuously variable levels by means of hydraulic handwheel,
rebound damping adj
120/70-R17
180/55-R17
Dual disc 320 mm with 4-piston calipers
Single disc 276 mm with 2-piston calipers

Image: http://www.motorcyclesdetails.info/comments/159/

Suzuki Volty (2002)

Technical Specifications
Suzuki Volty (2002)
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Air-cooled, 4-stroke, single cylinder, SOHC
72.0 x 61.2 mm
249 cc
2 valves per cylinder
9.4:1
20 hp (14.9 kW) @ 7500 rpm
21 Nm (15.5 ft. lbs) @ 6000 rpm
Carburettor, BSR32
5-speed
Chain
Wet multiple plate coil springs
Full transistor system
Electric starter
Wet sump



1st 2.636
2nd 1.687
3rd 1.200
4th 0.952
5th 0.818
Dimensions
Frame type
Rake
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

Diamond
8.25 degrees
2005 mm (78.9 inches)
770 mm (30.3 inches)
1075 mm (42.3 inches)
1325 mm (52.2 inches)
750 mm (29.5 inches)

127 kg
12 litres

Telescopic, coil spring, oil damped
Swinging arm, coil spring, oil damped, spring pre-load
100/80-R17
120/80-R17
Single disc 240 mm with 2-piston calipers
Drum 130 mm

Picture: http://cs.suzukiclub.cz/gallery_detail.php?id=521&ddlb_category_tun=0

MV Agusta F4 Brutale Serie oro (2002)

Technical Specifications
MV Agusta F4 Brutale Serie oro (2002)
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system


Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Liquid cooled, 4-cylinders in line, 4-stroke, DOHC
73.8 x 43.8 mm
749 cc
4 valves per cylinder
12.0:1
127 hp (94.7 kW) @ 12000 rpm
77.4 Nm (57.1 ft. lbs) @ 10500 rpm
Weber Marelli 1,6 M ignition - injection integrated system;
induction discharge electronic ignition, Multipoint electronic
injection
6-speed
Chain

Transistorized with electronic advance
Electric starter
Wet sump




Dimensions
Frame type
Castor
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)


Suspension (rear)

Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)



2026 mm (79.8 inches)
820 mm (32.3 inches)

1414 mm (55.7 inches)
805 mm (31.7 inches)
135 mm (5.3 inches)
179 kg
19 litres

Upside-down telescopic hydraulic fork with rebound-
compression damping and spring preload adjustment,
118 mm travel
Progressive,single shock absorber with rebound-
compression damping and spring preload, 120 mm travel
120/65-R17
190/50-R17
Dual disc 310 mm with 6-piston calipers
Single disc 210 mm with 4-piston calipers

Picture: https://triatmono.wordpress.com

Kawasaki Epsilon 150 (2002)

Technical Specifications
Kawasaki Epsilon 150 (2002)
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Liquid cooled, single cylinder, 4-stroke, SOHC
62.0 x 50.4 mm
152 cc
2 valves per cylinder
11.1:1
16 hp (11.9 kW) @ 9500 rpm
13 Nm (9.6 ft. lbs) @ 7500 rpm
Carburetors, MIKUNI BDSR29
Automatic
Belt
Automatic centrifugal dry
CDI
Electric starter
Wet sump




Dimensions
Frame type
Castor
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

Pipe under bone

1990 mm (78.3 inches)
685 mm (27 inches)
1070 mm (42.1 inches)
1350 mm (53.1 inches)
760 mm (29.9 inches)
125 mm (4.9 inches)
119 kg
9 litres

Telescopic (inner tube diameter 30mm)
Swing arm (swing unit)
90/70-R13
110/70-R13
Single disc 220 mm with 1-piston calipers
Drum 130 mm

Picture: http://forum.otomotifnet.com

MV Agusta F4 S 750 1-1 (2000)

Technical Specifications
MV Agusta F4 S 750 1-1 (2000)
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type

Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Liquid cooled, 4-cylinders in line, 4-stroke, DOHC
73.8 x 43.8 mm
749 cc
4 valves per cylinder
12.0:1
126 hp (94 kW) @ 12200 rpm
72 Nm (53.1 ft. lbs) @ 9000 rpm
Injection integrated system; Multipoint electronic injection
6-speed
Chain
Wet, multi - disc
Weber Marelli 1,6 M ignition, induction discharge
electronic ignition
Electric starter
Wet sump



1st 13/38
2nd 14/31
3rd 18/32
4th 20/30
5th 22/29
6th 21/25
Dimensions
Frame type
Castor
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)


Suspension (rear)

Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

CrMo Steel tubular trellis (TIG welded)

2007 mm (79 inches)
685 mm (27 inches)

1398 mm (55 inches)
790 mm (31.1 inches)
130 mm (5.1 inches)
191 kg
21 litres

Upside-down telescopic hydraulic fork with rebound-
compression damping and spring preload adjustment,
118 mm travel
Progressive, single shock absorber with rebound-
compression damping and spring preload, 120 mm travel
120/65-R17
190/50-R17
Dual disc 310 mm with 6-piston calipers
Single disc 210 mm with 4-piston calipers

Picture: http://www.cyclechaos.com/images/3/34/

Dodol Rumput Laut

Terdapat dua jenis penganan yang biasa diolah oleh penduduk Kepulauan Seribu yang berbahan dasar rumput laut, yaitu manisan dan dodol. Manisan dibuat dengan membiarkan rumput laut tampil dengan bentuk aslinya, hanya dipotong-potong pendek lalu ditambahkan gula pasir dan pewarna (pasta pandan).

Sedangkan cara pembuatan dodol rumput laut agak sedikit lebih rumit. Pertama-tama, rumput laut dicuci dan direndam selama beberapa hari lalu dijemur hingga kering. Setelah kering, rumput laut direbus lagi dalam larutan gula pasir hingga hancur dan larut. Setelah larut, adonan dicampur dengan tepung dan pasta pandan kemudian dipanaskan lagi untuk memperoleh tekstur rumput laut yang agak kenyal. Adonan yang telah menjadi dodol kemudian diiris-iris dan dikeringkan di bawah sinar matahari lalu dimasukkan ke dalam kotak plastik untuk dikemas agar terlihat lebih cantik dan menarik.

Honda CBR 600 F(4)i Rossi (2001)

Technical Specifications
Honda CBR 600 F(4)i Rossi (2001)
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system

Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust
Spark plug
Battery
Gear ratios

Air-cooled, 4 - cylinders in line, 4-stroke, DOHC
67.0 x 42.5 mm
599 cc
4 valves per cylinder
12.0:1
110 hp (82 kW) @ 12500 rpm
65 Nm (47.9 ft. lbs) @ 10500 rpm
Programmed Fuel Injection (PGM-FI) with automatic
enricher circuit

6-speed
Chain
Manual, Multiplate Wet Clutch
Digital transistorized 3D mapping computer-controlled
Electric starter





Dimensions
Frame type
Castor
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Dry weight
Fuel capacity
Colors
Suspension (front)

Suspension (rear)

Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)






1390 mm (54.7 inches)
810 mm (31.9 inches)

170 kg
18 litres

43 mm fully adjustable cartridge-type fork 120 mm
wheel travel
Pro-Link featuring fully adjustable gas-charged remote
reservoir damper 120mm wheel travel
120/70-R17
180/55-R17
Single disc 296 mm with 4-piston calipers
Single disc 220 mm with 1-piston calipers

Picture: http://www.motorcyclespecs.co.za